Kita mungkin tidak sependapat tentang jenis topik yang populer di media sosial, tapi ada satu jenis konten yang tidak bisa disanggah popularitasnya yaitu video makanan. Mau foto atau video, konten makanan dan minuman selalu berhasil menculik perhatian orang.
Bermacam tutorial resep, video mukbang, video yang menunjukkan betapa lezatnya suatu hidangan, hingga video yang menampilkan berbagai macam penawaran suatu produk, tetap saja menjadi konten yang paling banyak ditonton di semua platform, termasuk Facebook, Instagram, Tiktok, dan YouTube.
Tingginya popularitas dan engagement dari jenis video ini tentunya tidak luput dari perhatian para marketer dan produsen makanan, baik brand global maupun UMKM. Mereka berlomba-lomba untuk menghasilkan konten video makanan terbaik agar akun media sosial mereka mempunyai view dan engagement yang tinggi.
Kapankah Video Makanan Mulai Ramai?
Kalau kita kilas balik, kemungkinan besar hal ini berhubungan dengan awal berdirinya YouTube pada tahun 2005 yang banyak digunakan untuk berbagi video pendek oleh para usernya.
Lalu, di tahun 2006, seorang user meng-upload video makanan, yang menampilkan tutorial membuat sushi. Sejak itu, karena popularitasnya, semakin banyak user mem-posting video sejenis. Hingga tahun 2010, konten video makanan berkembang menjadi salah satu kategori paling populer di YouTube. Jumlah video yang di-upload pun sudah mencapai ribuan per hari.
Sebenarnya apa sih yang membuat video makanan ramai? Aasan utamanya adalah sebagai berikut:
1. Menarik secara visual
Jujur saja, video makanan itu menarik bukan? Yang bukan pecinta makanan saja suka menonton, apalagi bagi pecinta kuliner.
Secara estetika, video makanan itu memang bagus, apalagi jika creator video mampu menampilkan warna-warna makanan yang cerah, tekstur yang menggoda, hingga cara melahapnya yang tampak lezat. Dan jangan lupa juga tentang cara memasak hingga tersaji. Benar-benar bikin lapar!
Tampilan visual dari video makanan dapat menarik perhatian dan membuat user tetap menonton hingga habis. Ketertarikan ini jugalah yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk berbagi konten dengan teman dan follower mereka.
Menurut Facebook, kebanyakan pengguna menonton video tanpa suara yaitu sekitar 85%. Hal ini berarti visual menjadi daya tarik utama. Studi tersebut juga menemukan bahwa sekitar 47% pemirsa akan berhenti menonton video jika waktu loading terlalu lama. Dengan kata lain, waktu loading yang cepat, video yang tidak terlalu panjang, serta menarik secara visual adalah kunci dalam kategori video ini.
2. Kekuatan Story-telling (Bercerita)
Ada banyak cara untuk memasukkan cerita ke dalam video makanan. Brand dapat menceritakan kisah tentang bahan makanan, bumbu masak, makna dan tradisi suatu hidangan, hingga ke juru masak (chef). Kisah ini mampu menciptakan narasi yang menarik bagi pemirsa dan menciptakan ikatan yang emosional, menghangatkan hati, dan membangun hubungan yang kuat antara penonton dan brand.
Dan jangan lupa, bagian yang tidak kalah penting dari story-telling tersebut adalah landing page brand tersebut. Dengan menampilkan video makanan di atas ke dalam landing page, brand berpotensi meningkatkan konversi hingga 80% atau lebih.
3. Pengaruh dari Food Culture (Budaya Makanan)
Budaya makanan merupakan bagian integral dari masyarakat kita, yang mencakup cara kita makan, bahan-bahan yang kita gunakan, tradisi yang kita ikuti, dan yang paling penting, cerita di baliknya. Video makanan memungkinkan pemirsa mempelajari jenis masakan baru serta teknik memasaknya. Selain itu, juga dapat membangkitkan perasaan nostalgia dan kenikmatan tersendiri jika terkait dengan sajian yang sudah dikenal.
Budaya makanan memainkan peran penting dalam pemasaran media sosial. Perusahaan dan brand dapat memanfaatkan hal ini dengan membuat konten yang menampilkan masakan dari tradisi kuliner yang berbeda. Jenis video ini mampu membangun koneksi antara penonton dan brand, dan meninggalkan kesan bahwa perusahaan tersebut merupakan bagian dari tradisi dan masyarakat, bukan sekadar bisnis.
4. Aspek Sosial
Menurut HubSpot, postingan media sosial yang dilengkapi visual menerima 94% lebih banyak penayangan dibandingkan tanpa gambar. Video makanan menawarkan fokus visual yang lebih menarik sebagai konten media sosial, sehingga meningkatkan keterlibatan untuk view dan share.
Makanan merupakan aktivitas sosial. Karena itulah brand dapat memanfaatkan aspek sosial ini untuk menciptakan keterlibatan dalam komunitas. Bukan sekedar menonton, video makanan dapat menginspirasi pemirsa untuk memasak dan berbagi resep mereka sendiri, sehingga menciptakan rasa kebersamaan di seputar brand. Brand juga dapat mendorong pemirsa untuk berkomentar dan berbagi pendapat, agar tercipta dialog dan menaikkan engagement.
Apakah Anda tertarik dengan video makanan? Untuk mengetahui lebih banyak info tentang jenis video tersebut serta strategi media sosial bagi brand Anda, silakan hubungi kami di sini.